Sabtu, 09 Januari 2016

Sikap dan Kepuasan Kerja

Dalam sebuah tempat kerja dibutuhkan sikap yang baik oleh semua karyawan. Sikap seseorang dapat menentukan kepuasan kerja yang dirasakan seseorang.
Berikut akan dibahas tentang sikap dan kepuasan kerja.


A. Sikap

1. Pengertian Sikap
Menurut Gibson (1997), sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun keadaan. Sikap lebih merupakan determinan perilaku sebab sikap berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi.
Menurut Sada (2000), sikap adalah tindakan yang akan diambil karyawan dan segala sesuatu yang harus dilakukan karyawan tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan.
Menurut Robbins dan Judge (2008), sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenankan, terhadap objek, individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu.
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap adalah perasaan atau keadaan mental yang disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman sebagai respon seseorang terhadap objek, individu atau peristiwa.

2. Komponen Sikap
     Menurut Robbins dan Judge (2008), sikap memiliki beberapa komponen, yaitu:
a.  Komponen Kognitif
Segmen opini atau keyakinan dari sikap. Komponen kognitif adalah komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap obyek sikap.
b.  Komponen Afektif
Segmen emosional atau perasaan dari sikap. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatif.
c.  Komponen Perilaku
Komponen perilaku yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap obyek sikap. Berarti juga sebagai niat untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi  Sikap Kerja
Sikap kerja seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor ekstrnal dari orang yang bersangkutan. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri, meliputi emosional, psikologis terhadap pekerjaan, kedekatan dengan rekan kerja, dan kenyamanan yang tercipta dari diri sendiri. Faktor eksternal merupakan faktor dari luar atau faktor yang berasal dari lingkungan. Faktor eksternal juga sangat berperan dalam pembentukan sikap seseorang. Faktor ini meliputi kondisi pekerjaan, hubungan kerja, rasa aman, lingkungan kerja, dan fasilitas dalam bekerja. Semakin tinggi tingkat kenyamanan seseorang ketika bekerja maka sikap kerja positif yang dihasilkan akan semakin tinggi.
Menurut Blum and Naylor (Aniek, 2005) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap kerja, diantaranya:
a.  Kondisi Kerja
Situasi kerja yang meliputi lingkungan fisik ataupun lingkungan sosial yang menjamin akan mempengaruhi kenyamanan dalam bekerja. Karena dengan adanya rasa nyaman akan mempengaruhi semangat dan kualitas karyawan.
b.  Pengawasan Atasan
Seorang pimpinan yang melakukan pengawasan terhadap karyawan dengan baik dan penuh perhatian pada umumnya berpengaruh terhadap sikap dan semangat kerja karyawan.
c.  Kerja sama dari teman sekerja
Adanya teman sekerja yang dapat berkerjasama akan sangat mendukung kualitas dan prestasi dalam menyelesaikan pekerjaan.
d.  Keamanan
Adanya rasa aman yang tercipta serta lingkungan yang terjaga akan menjamin dan menambah ketenangan dalam pekerjaan.
e.  Kesempatan untuk maju
Adanya jaminan masa depan yang lebih baik dalam hal karier baik promosi jabatan dan jaminan hari tua.
f.  Fasilitas kerja
Tersedianya fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan karyawan dalam pekerjaannya.
g.  Upah atau Gaji
Rasa senang terhadap imbalan yang diberikan perusahaan baik yang berupa gaji pokok, tunjangan dan sebagainya yang dapat mempengaruhi sikap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.


B. Kepuasan Kerja
1. Pengertian Kepuasan Kerja
       Menurut Siegel dan Lane (dalam Munandar, 2001) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah penilaian dari pekerjaan seseorang sebagai pencapaian atau memungkinkan pencapaian nilai-nilai pekerjaan seseorang yang penting, pemberian nilai-nilai ini adalah sebanding dengan atau membantu memenuhi kebutuhan dasar seseorang. Pada definisi tersebut dapat disimpulkan terdapat dua unsur penting dalam kepuasan kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan dasar. 
Menurut Howel dan Dipboye (dalam Munandar, 2001) kepuasan kerja adalah hasil keseluruhan dari derajat rasa suka dan tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari kehidupannya. Dengan kata lain kepuasan kerja mencerminkan sikap tenaga kerja terhadap pekerjaannya.
Keith Davis dalam (Indy & Handoyo, 2013) kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong yang dialami pegawai dalam mengerjakan pekerjaannya.
Wexley & Yulk (Indy & Handoyo, 2013) kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan kerja adalah penilaian seseorang terhadap rasa suka dan tidak sukanya tenaga kerja dalam mengerjakan pekerjaannya.

2.    Faktor-faktor yang Menyebabkan Kepuasan Kerja
       Menurut Munandar (2001) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang merasakan kepuasan kerja, yaitu :
a.    Ciri-ciri instrinsik pekerjaan
Menurut Locke terdapat lima ciri yang memperlihatkan kaitannya dengan kepuasan kerja untuk berbagai macam pekerjaan. Ciri-ciri tersebut adalah:
1)   Keragaman keterampilan. Banyak ragam keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Makin banyak ragam keterampilan yang digunakan, makin kurang membosankan pekerjaan.
2)   Jati diri tugas. Sejauh mana tugas merupakan suatu kegiatan keseluruhan yang berarti. Tugas yang dirasakan sebagai bagian dari pekerjaan yang lebih besar dan yang dirasakan tidak merupakan satu kelengkapan tersendiri akan menimbulkan rasa tidak puas.
3)   Tugas yang penting. rasa pentingnya tugas bagi seseorang. Jika tugas dirasakan penting dan berarti oleh tenaga kerja, maka ia cenderung mempunyai kepuasan kerja.
4)   Otonomi. Pekerjaan yang memberikan kebebasan, ketidakgantungan dan peluang mengambil keputusan akan lebih cepat menimbulkan kepuasan kerja.
5)   Pemberian balikan pada pekerjaan membantu meningkatkan kepuasan kerja.
b.    Gaji penghasilan, imbalan yang dirasakan adil
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Therialut, kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolut dari gaji yang diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi harapan tenaga kerja, dan bagaimana gaji diberikan.
Dengan menggunakan teori keadilan dari Adams dilakukan berbagai penelitian dan salah satu hasilnya ialah bahwa orang-orang yang menerima gaji yang dipersepsikan sebagai terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami distress atau ketidakpuasan. Uang atau imbalan akan mempunyai dampak terhadap motivasi kerjanya jika besarnya imbalan disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.
c.    Penyeliaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya ada satu ciri kepemimpinan yang secara konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja, yaitu penenggangan rasa. Menurut Locke terdapat dua jenis  hubungan dari atasan-bawahan yaitu hubungan fusngsional yang mencerminkan sejauh mana penyelia membantu tenaga kerja, untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja. Dan hubungan keseluruhan  yang didasarkan pada ketertarikan antar pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai serupa. Menurut Locke, tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan seorang atasan ialah jika kedua jenis hubungan adalah positif.
d.   Rekan-rekan sejawat yang menunjang
Setiap pekerjaan dalam organisasi memiliki kaitannya dengan pekerjaan lain. terhadi diferensiasi pekerjaan mendatar dan tegak. Terdapat tenaga kerja yang dalam menjalankan tugas pekerjaannya memperoleh masukan berupa bahan dalam bentuk tertenntu dari tenaga kerja lain. keluarannya yaitu barang setengah jadi menjadi masukan untuk tenaga kerja lainnya. Hubungan yanng ada antar pekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak, yang bercorak fungsional. Kejengkelan timbul jika masukan yang diterima tidak memenuhi mutu dan tidak memenuhi jumlah yang ditentukan. Namun terdapat juga satuan tenaga kerja yang para tenaga kerjanya masing-masing memiliki tugas yang dapat mereka lakukan secara mandiri dikoordinasi oleh pimpinan suatu pekerjaan. Pada jenis pekerjaan tersebut teman sejawat yang bekerja dalam ruangan yang sama memberikan kepuasan terhadap kebutuhan sosial masing-masing.
Didalam kelompok kerja dimana para pekerjanya harus bekerja sebagai satu tim, kepuasan kerja mereka dapat timbul karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tingi mereka seperti kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisai diri dapat terpenuhi, dan mempunyai dampak pada motivasi kerja mereka.
e.    Kondisi kerja yang menunjang
Bekerja dalam ruangan kerja yang sempit, panas, yang cahaya lampunya menyilaukan mata, kondisi kerja yang tidak mengenakan akan menimbulkan keengganan untuk bekerja. Orang akan mencari alasan untuk sering keluar ruang kerjanya. Perusahaan perlu menyediakan ruang kerja yang terang, sejuk dengan peralatan kerja yang enak untuk digunakan, meja dan kursi kerja yang dapat diatur tinggi-rendahn, miring-tegak duduknya. Kondisi kerja yang memperhatikan prinsip ergonomi. Dalam kondisi  kerja yang seperti itu kebutuhan-kebutuhan fisik dipenuhi dan memuaskan tenaga kerja.

Menurut Smith, Kendal dan Hulin (dalam Almigo, 2004) terdapat lima karakteristik yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu:
a.    Pekerjaan
Sampai sejauh mana tugas kerja dianggap menarik dan memberikan kesempatan untuk belajar dan mnerima tanggung jawab.
b.    Upah atau gaji
Jumlah yang diterima dan keadaan yang dirasakan dari upah atau gaji.

c.    Penyelia atau pengawasan kerja
Kemampuan penyelia untuk membantu dan mendukung pekerjaan.
d.   Kesempatan promosi
Kesempatan untuk maju dalam perusahaan. Seperti kenaikan jabatan.
e.    Rekan kerja
Sejauh mana rekan kerja bersahabat dan berkompeten.

3.    Dampak dari Kepuasan dan Ketidakpuasan Kerja
Menurut Munandar (2001) terdapat beberapa dampak dari kepuasan dan ketidakpuasan kerja, yaitu :
a.     Dampak terhadap produktivitas
Produktivitas yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja memersepsikan bahwa ganjaran instrinsik seperti rasa telah mencapai sesuatu dan ganjaran ekstrinsik seperti gaji yang diterima kedua-duanya adil dan wajar dan diasosiasikan dengan unjuk kerja yang unggul. Jika tenaga kerja tidak memersepsikan ganjaran instrinsik dan ekstrinsik berasosiasi dengan unjuk kerja, maka kenaikan dalam unjuk kerja tidak akan berkorelasi dengan kenaikan dalam kepuasan kerja.

b.    Dampak dalam ketidakhadiran (Abstainteisme) dan keluarnya tenaga kerja (Turnover)
Porter dan Steer (dalam Munandar, 2001) berkesimpulan bahwa ketidakhadiran dan berhenti kerja merupakan jenis jawaban-jawaban yang secara kualitatif berbeda. Ketidakhadiran lebih spontan sifatnya dan dengan demikian kurang mungkin mencerminkan ketidakpuasan kerja. Lainhanya dengan berhenti kerja atau keluar dari pekerjaan dimana perilaku ini akan mempunyai akibat-akibat ekonomis yang besar, maka lebih besar hubungannya dengan ketidakpuasan kerja.

c.    Dampak terhadap kesehatan

Ukuran-ukuran dari kepuasan kerja merupakan peramal yang baik bagi panjang umur atau rentang kehidupan. Menurut Kornhauser tantang kesehatan mental dan kepuasan kerja, ialah bahwa untuk semua tingkatan, jabatan, persepsi dan tenaga kerja bahwa pekerjaan mereka menuntut penggunaan efektif dari kecakapan-kecakapan mereka berkaitan dengan skor kesehatan mental yang tinggi. Skor-skor ini juga berkaitan dengan tingkat dari kepuasan kerja dan tingkat dari jabatan.




Daftar Pustaka :

Aniek. (2005). Sikap manusia, teori dan pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
H., Hendra Indy & Handoyo, S. (2013). Hubungan kepuasan kerja dengan motivasi kerja pada karyawan Bank BTPN madiun. Jurnal psikologi industri dan organisasi. 2, 100-103.
Almigo, N. (2004). Hubungan antara kepuasan kerja dengan produktivitas kerja karyawan. Jurnal psikologi. 1, 50-60.
Munandar A.,S (2001). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Robbins, S.,P. (2008). Perilaku organisasi. Jakarta: Salemba Empat
Gibson, J.,L., Ivancevich, J.,M., Donnelly, J.,H. (1990). Organisasi: perilaku,
struktur, proses. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Jumat, 29 Mei 2015

Hubungan Kesehatan Mental dengan Kecerdasan Emosional

Kesehatan Mental pada seseorang berhubungan dengan segala aspek dalam kehidupannya. Salah satunya berkaitan dengan kecerdasan emosional seseorang. 

Sebelum membahas tentang hubungan antara kesehatan mental dengan kecerdasan emosi, ada baiknya kita mengetahui apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosional.



Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman (2007), kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi merupakan kualitas untuk mengenali emosi pada diri sendiri kemudia emosi tersebut dikelola dan digunakan untuk memotivasi diri sendiri dan memberi manfaat dalam hubungannya dengan orang lain sehingga individu dapa berinteraksi dengan baik.

Menurut Bar-On kecerdasan emosi merupakan sekumpulan kecakapan dan sikap yang jelas perbedaannya namun saling tumpang tindih. Kumpulan tersebut dikelompokkan ke dalam lima ranah, yaitu :

a. Intra pribadi
Terkait dengan kemampuan untuk mengenal dan mengendalikan diri sendiri, yaitu melingkupi : kesadaran diri, sikap asertif, kemandirian dan aktualisasi diri.

b. Antarpribadi
Ranah antarpribadi berkaitan dengan keterampilan bergaul yang dimiliki individu yaitu kemampuan untuk berinteraksi dan bergaul baik dengan orang lain.

c. Penyesuaian diri
Kemampuan untuk bersikap lentur dan realistis, dan untuk memecahkan aneka masalah yang muncul.

d. Pengendalian stress
Berkaitan dengan kemampuan individu untuk menghadapi stress dan mengendalikan impuls.

e. Suasana hati
Ranah suasana hati terdiri dari optimism dan kebahagiaan.

Menurut Goleman (2007) aspek – aspek kecerdasan emosi adalah sebagai berikut :
·         Mengenali emosi sendiri
·         Mengelola emosi
·         Memotivasi diri sendiri
·         Mengenali emosi orang lain
·         Membina hubungan

Kecerdasan emosi diperlukan untuk meningkatkan kapasitas penalaran, memanfaatkan emosi dengan baik, meningkatkan kebijakan intuisi dan meningkatkan kemampuan berhubungan pada tingkat dasar dengan diri sendiri dan orang lain. Kecerdasan emosi juga diperlukan ketika menghadapi masalah yang memungkinkan tekanan dan kecemasan pada orang yang bersangkutan.


Keuntungan memiliki kecerdasan emosi yaitu kontrol diri yang lebih unggul, memiliki kemampuan untuk memotivasi diri, dapat mengekspresikan emosi dengan wajar, dapat bersikap peduli dalam hubungan, nyaman terhadap diri sendiri, orang lain dan kehidupan sosial, dapat mengatur emosi, tidak ada perasaan khawatir yang berlebihan dan mudah berteman. 

Jadi apa hubungan nya kesehatan mental dengan kecerdasan emosional?

Semakin baik kecerdasan seseorang dalam pengelolaan emosi semakin baik pula tingkat kesehatan mentalnya. Konteks kecerdasan emosi itu sendiri mencakup tentang pengendalian diri, penghargaan terhadap orang lain, dan penyelesaian terhadap persoalan yang dihadapi. Hal ini dapat didapatkan jika kesehatan mental seseorang dapat dikelola dengan baik.
Orang yang tidak dapat mengelola emosi nya dengan baik, menjadi labil dan sulit untuk diprediksi emosinya. Hal ini nanti nya dapat mengarah pada stress dan depresi. Kesehatan mental seseorang akan terganggu dan membawa dampak yang buruk bagi dirinya dan orang lain di sekitarnya. 



Sumber :
Goleman, Daniel. (1996). Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama 

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/BK-Psikologi/article/view/31227



Fenomena Depresi




Pada zaman modern ini, banyak manusia yang mengalami stress, kecemasan, dan kegelisahan. Hal – hal tersebut dapat menyebabkan hal yang lebih parah, yaitu depresi. Berikut akan di jelaskan mengenai depresi.

Pengertian Depresi
Depresi memiliki arti yang sangat luas, dari deskripsi perasaan sedih yang normal, melalui perasaan dan cara berpikir yang pervasive dan persisten, hingga psikosis. Sebagian besar diantara kita pernah merasa sedih atau jengkel, menjalani kehidupan yang penuh masalah, merasa kecewa, kehilangan dan frustasi, yang dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Namun, secara perasaan demikian itu cukup normal dan merupakan reaksi sehat yang berlangsung cukup singkat dan mudah dihalau.

Penyebab Depresi

a.  Faktor genetic
Seseorang yang dalam keluarganya diketahui menderita depresi berat memiliki resiko leboih besar menderita gangguan depresi aripada masyarakat pada umumnya. Gen berpengaruh dalam terjadinya depresi, tetapi ad banyak gen di dalam tubuh kita dan tidak ad seorangpun peneliti  yang mengetahui secara pasti bagaimana gen bekerja. Dan tidak ada nukti langsung bahwa ada penyakit depresi yang disebabkan oleh faktor keturunan.

b.  Susunan kimia otak dan tubuh
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan yang besar dalam mengendalikan emosi kita. Pada orang yang depresi ditemukan adanya perubahan dalam jumlah bahan kimia tersebut. Hormone noradenalin yang memegang peranan utama dalam mengendalikan otak danaktivoitas tubuh, tampaknya berkurang pada mereka yang mengalami depresi. Pada waniata, perubahan hormone dihubungkan dengan kelahiran anak dan menopause juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi.

c.   Faktor usia
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia muda yaitu remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta tugas perkembangan yang penting, yaitu peralihan dari masa anak-anak kemasa remaja, remaja ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah atau bekerja, serta masa pubertas hingga ke pernikahan. Namun sekarang ini usia rata-rata penderita depresi semakin menurunyang menunjukkan bahwa remaja dan anak-anak semakin banyak yang terkena depresi. Survey masyarakat terakhir melaporkan adanya prevalensi yang tinggi dari gejala-gejala depresi pada golongan usia dewasa muda yaitu 18-44 tahun.

d.  Gender
Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi daripada pria. Bukan berarti wanita lebih mudah terserang depresi, bisa saja karena wanita lebih sering mengakui adanya depresi daripada pria dan dokter lebih dapat mengenali depresi pada wanita. Bagaimanapun, tekanan sosialpada wanita yang mengarahkan pada depresi . misalnya, seorang diri dirumah dengan anak-anak kecil lebih jarang ditemui pada pria daripada wanita. Ada juga perubahan hormonal dalam siklus menstruasi yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran dan juga menopause yang membuat wanita lebih rentan menjadi depresi atau menjadi pemicu penyakit depresi .

e.  Gaya hidup
Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada penyakit misalnya penyakit jantung juga dapat memicu kecemasan dan depresi. Tingginya tingkat stress dan kecemasan digabung dengan makanan yang tidak sehat dan kebiasaan tidur serta tidak olahraga untuk jangka waktu yang lama dapat menjadi faktor beberapa orang yang mengalami depresi penelitian menunjukkan bahwa kecemasan dan depresi berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehatpada pasien berisiko penyakit jantung. Gaya hidup yang tidak sehat misalnya tidur tidak teratur,makan tidak teratur, pengawet dan pewarna buatan, kurang berolahraga, merokok, dan minum-minuman keras.

f.   Penyakit fisik
Penyakit fisik dapat menyebabkan penyakit. Perasaan terkejut karena mengetahui kita memiliki penyakit serius dapat mengarahkan pada hilangnya kepercayaan diri dan penghargaan diri, juga depresi. Alasan terjadinya depresi cukup kompleks. Misalnya, depresi sering terjadi setelah serangan jantung, mungkin karena seseorang merasa mereka baru saja mengalami kejadian yang dapat menyebabkan kematian atau karena mereka tiba-tiba menjadi orang yang tidak berdaya . pada individu lanjut usia penyakit fisik adalah penyebab yang paling umum terjadinya depresi.

g.  Obat-obatan
Beberapa obat-obatan untuk pengobatan dapat menyebabkan depresi. Namun bukan berarti obat tersebut menyebabkan depresi, dan menghentikan pengobatan dapat lebih berbahaya daripada depresi.

h.  Obat-obatan terlarang

i.   Sinar matahari
Kebanyakan dari kita merasa lebih baik dibawah sinar matahari daripada mendung, tetapi hal ini sangat berpengaruh pada beberapa individu. Mereka baik-baik saja ketika musim panas tetapi menjadi depresi ketika musim dingin. Mereka disebut menderita seasonal affective disorder (SAD)

j.   Kepribadian
Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi rendahnya depresi yang dialami serta kerentanan terhadap depresi. Ada individu-individu yang lebih rentan terhadap depresi, yaitu yang mempunyai konsep diri serta pola piker yang negative, pesimis, juga tipe kepribadian.

Gejala - Gejala Depresi

a.  Gejala Fisik
Gejala fisik umum yang relative mudah dideteksi sebagai berikut:
1. Gangguan pola tidur. Misalanya, sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur.
2. Menurunnya tingkat aktivitas. Misalnya, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti  menonton tv, makan dan tidur.
3. Menurunnya efisiensi kerja. Penyebabnya jelas, orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan.sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas.
4. Menurunnya produktivitas kerja. Orang yang terkena depresi akan kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi bisa menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya.
5. Mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan negatif. Jika seorang menyimpan perasaan negative, maka jelas akan membuat letih karena membebani pikiran dan perasaan.

b.  Gejala Psikis
 Adapun tanda-tanda gejala psikis sebagai berikut:
1. Kehilangan  rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negative, termasuk menilai diri sendiri.
2. Sensitive. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitive sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalahartikan.
3. Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi    orang yang gagal terutama dibidang atau lingkungan yang seharusnya mereka kuasai.
4. Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.
5. Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya.

c.   Gejala social
Jangan heran jika masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya memengaruhi lingkungan dan pekerjaan (aktivitas rutin lainnya). Bagaimana tidak, lingkungan tentu akan bereaksi terhadap prilaku orang yang depresi tersebutyang pada umumnya negative (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitive, mudah letih, mudah sakit).


Jenis - Jenis Depresi

Ada bermacam – macam hal yang menyangkut depresi, yaitu depresi normal dan abnormal, depresi eksogen dan depresi endogen, depresi primer dan depresi sekunder, depresi involsional dan depresi postpartum.

Depresi Normal dan Depresi Abnormal
Batas antara depresi normal dan abnormal tidak jelas, tetapi ada dua faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengadakan perbedaan, yakni faktor kedalaman depresi dan faktor lamanya depresi. Dikatakan normal jika seseorang kadang merasa sedikit murung, sedih, atau merasa sediit tertekan. Akan tetapi perlu dipertimbangkan kalau depresi itu begitu dalam sehingga individu tidak dapat berfungsi dengan baik. Depresi juga berlangsung lama dan individu tidak sembuh serta tidak bisa keluar atau atau melepaskan diri dari keadaan depresi itu.

Depresi Eksogen dan Depresi Endogen
Depresi Eksogen adalah depresi yang disebabkan oleh faktor – faktor eksternal seperti konflik dan stress. Sedangkan depresi endogen adalah depresi yang disebabkan oleh faktor – faktor internal seperti tingkat – tingkat neurotransmitter tertentu yang rendah.
Perbedaan antara depresi eksogen dan endogen adalah penting berkenaan dengan perawatan. Psikoterapi mungkin sangat efektif untuk orang – orang yang mengalami depresi eksogen, sedangkan obat mungkin sangat efektif untuk orang – orang yang mengalami depresi endogen.

Depresi Primer dan Depresi Sekunder
Depres primer terjadi pada individu  - individu yang mengalami stress dimana simpton primernya adalah depresi. Jadi individu itu hanya mengalami depresi tanpa gangguan – gangguan lainnya. Misalkan seseorang yang baru ditinggalkan oleh orang yang dicintainya. Dia mengalami depresi saja tanpa ada gangguan yang lainnya. Depresi sekunder terjadi pada individu – individu yang mengalami gangguan lain yang sudah ada sebelumnya, seperti kecemasan, alkoholisme, skizofrenia atau gangguan fisik.

Depresi Involusional dan Depresi Postpartum
Depresi dapat terjadi pada setiap tahap siklus kehidupan. Dua macam depresi yang banyak menarik perhatian adalah depresi involusional dan depresi postpartum.

Depresi Involusional



Merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut depresi yang berkaitan dengan permulaan usia lanjut. Depresi involusional dilihat sebagai akibat dari faktor – faktor fisiologis, psikologis dan budaya yang berkaitan dengan usia lanjut. Usialanjut dapat menjadi masa yangmenimbulkan stress karena hilangnya keluarga, teman – teman dan status, meningkatnya penyakit dan masalah – masalah keuangan yang berhubungan dengan usia lanjut, dan masa depan terbatas dan mungkin kelihatan suram.

Depresi Postpartum

Mengacu pada suatu depresi yang relatif berat dan timbul segera sesudah seorang wanita melahirkan anak. Depresi ini berlangsung selama 6 minggu sampai satu tahun. Penyebab depresi postpartum antara lain faktor fisiologis, terutama perubahan endokrin. Wanita – wanita yang secara fisiologis sulit untuk mengimbangi perubahan dramatis yang berkaitan dengan kelahiran. Faktor psikologis, konflik – konflik yang tidak terpecahkan, serta keprihatinan terhadap kegagalan dan kontrol pribadi, terjadinya peristiwa hidup yang menimbulkan stress serta dukungan sosial yang kurang.

Cara Menanggulangi Depresi


1.  Obat Antidepresan
Ada beberapa obat antidepresan yaitu:
  • Lithium. Lithium adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan bipolar.
  • MAOIs
  • Tricyclics.
  • SSRIs

2.  CBT
Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir klien yang berhubungan dengan kesulitan emosional dan psikologi klien. Pendekatan ini akan berupaya membantu klien mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan diri negative dan keyakinan-keyakinan pasien yang tidak rasional.jadi focus teori ini adalah mengganti cara-cara berfikir yang tidak logis menjadi logis.

3.  Terapi  Interpersonal
Terapi Interpersonal adalah bantuan psikoterapi jangka pendek yang berfokus kepada hubungan antara orang-orang dengan perkembangan simtom penyakit kejiwaan.

4.  Konseling kelompok dan dukungan social
Konseling secara kelompok adalah pelaksanaan wawancara konseling yang dilakukan antara seorang konselor professional dengan beberapa pasien sekaligus dalam kelompok kecil

5.  Berolahraga
Keadaan mood yang negative seperti depresi, kecemasan, dan kebingungan disebabkan oleh pikiran dan perasaan yang negative pula. Salah satu cara yang dapat dilakuakan untuk menghasilkan pikiran dan perasaan positifyang dapat menghalangi munculnya mood negative adalah dengan berolahraga.

6.  Diet (mengatur pola makan)
Simtom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi yang dapat menyebabkan depresi semakin parah yaitu:
·         Konsumsi kafein secara berkala. 
·         Konsumsi sukrosa (gula)   
·         Kekurangan biotin, asam folat dan vitamin B, C, kalsium, tembaga, magnesium 
·         Kelebihan magnesium
·         Ketidakseimbangan asam amino 
·         Alergi makanan

7.  Terapi Humor
Sudah lama professional medis mengakui bahwa pasien yang mempertahankan sikap mental yang positif dan berbagai tawa merespons lebih baik terhadap pengobatan. Respons psiologis dari tertawa termasuk meningkatkan pernapasan, sirkulasi, sekresi hormone dan enzim pencernaan, dan peningkatan tekanan darah.

8.  Berdoa
Banyak orang mempunyai kecenderungan alami untuk berpaling pada agama dalam memperoleh kekuatan dan hiburan. Bagi yang percaya,keyakinan yang kuat dan menjadi anggota aliran agama tertentu serta tujuan yang sama dapat menanggulangi penderitaan dan depresi.
Berdoa merupakan salah satu cara untuk mengatasi depresi. Mengambil waktu untuk berdoa memberi kesempatan kepada kita menghentikan kegiatan kita dan jalan arus hidup kita.




Sumber :

Lumongga, Namora. (2009). Depresi Tinjauan Psikologis, Jakarta: Kencana Pranada.

Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 2. Jogjakarta : Kanisius