Kamis, 26 Desember 2013

Hubungan Cinta Kasih Manusia Menurut Agama dan Negara

         Menurut kamus besar bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.                               
      Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh Antara manusia dengan Tuhannya sehingga manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintah-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.

CINTA MENURUT AGAMA

Dalam kitab suci Al-Quran, ditemui adanya fenomena cinta yang tersembunyi di dalam jiwa manusia. Cinta memiliki tiga tingkatan : tinggi, menengah, dan rendah. Cinta tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad di jalan Allah. Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat. Cinta tingkat terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat, harta, dan tempat tinggal.

Cinta Pada Allah

            Puncak cinta manusia, yang paling bening, jernihdan spiritual adalah cintanya kepada Allah dan kerinduan kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian, dan doanya saja, tetapi dalam semua tindakan dan tingkah lakunya ditujukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya :
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (QS. Ali Imran:31)

Cinta Kepada Sesama Manusia

          Agar manusia hidup dalam keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya. Ia hendaknya menyeimbangkan cintanya dengan cinta dan kasih sayang pada orang – orang lain, bekerjasama dan memberi bantuan kepada orang lain. Al-Quran juga menyeru kepada orang-orang yang beriman agar saling cinta mencintai seperti cinta mereka pada diri mereka sendiri. Dalam seruan itu sesungguhnya terkandung pengarahan kepada para mukmin agar tidak berlebih – lebihan dalam mencintai diri sendiri.
         Agama islam tidak berhenti pada batas mempopulerkan prinsip perdamaian, namun lebih jauh daripada dijadikannya perdamaian sebagai dasar atas hubungan antar sesama manusia. Tentang hubungan antar sesama muslim, berfirmanlah Allah :
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara.”(Al-Hujuraat 10).
Demikianlah hubungan sesama orang Islam yang didasarkan atas persaudaraan, rasa simpati dan kasih sayang, sedang hubungan orang-orang Islam dengan umat-umat lain adalah hubungan perkenalan, tolong-menolong dan keadilan. Berfirmanlah Allah swt: 
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.”(Al-Hujuraat 13).
  
CINTA KASIH MANUSIA MENURUT NEGARA    
  
Dalam pancasila sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab,” memiliki makna yang mencerminkan hubungan cinta kasih antar manusia yaitu:
1) Tata hubungan manusia dengan manusia yang lain dikemas dalam tata hubungan yang dilandasi oleh rasa kasih sayang. Bahwa eksistensi manusia di dunia adalah untuk dapat memberikan pelayanan pada pihak lain; orang Jawa menyebutnya sebagai ”lela disesamining dumadi.” Manusia sebagai makhluk yang mengemban amanah untuk menjaga kelestarian ciptaan Tuhan memegang suatu prinsip ”memayu hayuning bawono.” Hal ini akan terselenggara dengan baik apabila dilandasi oleh sikap ”sepiing pamrih, rame inggawe; jerbasuki mowo beyo;” bahwa dalam mengusahakan tewujudnya kehidupan yang sejahtera, terciptanya keharmonisan segala ciptaan Tuhan, manusia harus menyisihkan kepentingan pribadi dan golongan, serta rela berkorban demi terwujudnya kondisi yang diharapkan dimaksud. Hal ini dapat terselenggara bila didasari oleh rasa cinta dan kasih sayang sesama.
2) Dalam berhubungan dengan sesama diharapkan manusia mampu untuk mengendalikan diri, tidak merasa dirinya yang paling benar, paling hebat, paling kuasa, sehingg amengabaikan dan memandang remeh atau tidak penting pihak lain. Orang Jawa mengatakannya ”ojo dumeh, ojo adigang, adigung, adiguno.” Secara bebas dapat diartikan jangan meremehkan pihak lain maupun kondisi yang terjadi, jangan bersikap angkuh, merasa dirinya paling hebat dalam segala hal. Sifat inklusif harus dikembangkan sedang sifa teksklusif harus dihindari. Sementara itu kejujuran harus dikembangkan sebagai landasan untuk mengikat hubungan yang serasi, selaras dan seimbang. Demikian pula sifat mementingkan diri sendiri yang mengantar timbulnya keserakahan harus dihindari.


Contoh Kasus :

JAKARTA, KOMPAS.com — Di tengah teriknya sinar matahari yang menerpa Ibu Kota, seorang bapak dan putrinya memegang poster dan menunjukkannya kepada para pengendara mobil yang melintas di Bundaran Hotel Indonesia. Pada poster itu, sang ayah menawarkan ginjal untuk menebus ijazah putrinya itu yang bernama Sarah Meylanda Ayu.

Dia adalah Sugiyanto. Dia terpaksa melakukan hal tersebut demi menebus ijazah Ayu di Pondok Pesantren Al Asriyah Nurul Iman. Untuk menebus ijazah anak keduanya itu, pria yang bekerja sebagai penjahit itu harus membayar Rp 17 juta.

Sampai saat ini, ijazah SMP dan SMA Ayu selama bersekolah di pesantren itu belum juga diambilnya. "Jangankan ginjal, jantung pun saya jual jika ada yang mau. Demi anak saya, saya rela mati," kata Sugiyanto di Bundaran HI, Rabu (26/6/2013).
Sugiyanto mengatakan, tadinya ia diharuskan membayar sejumlah uang administrasi selama Ayu menempuh pendidikan di pondok pesantren yang terletak di Desa Waru Jaya, Parung, Bogor. Dia diharuskan membayar Rp 70 juta. Sebab, sekolah itu meminta Sugiyanto membayar Rp 20.000 per hari sejak Ayu masuk pesantren dari tahun 2005.
"Tapi, setelah saya ngomong dengan pihak sekolah, akhirnya sekolah memutuskan agar saya bayar uang ijazahnya saja. Yang Rp 70 juta dibebaskan," ujarnya.

Walau demikian, ia tetap belum mampu menebus ijazah yang diminta pesantren tersebut. Untuk menebus ijazah SMP anaknya, Sugiyanto harus membayar Rp 7 juta, sementara untuk ijazah SMA Rp 10 juta. Sugiyanto tidak mampu membayarkan ijazah anaknya karena ia tidak mempunyai penghasilan tetap. Warga Kebon 200, Kelurahan Kamal, Jakarta Barat, ini sehari-harinya menerima pesan jahit pakaian di dekat rumahnya. Penghasilannya hanya sekitar Rp 60.000 sampai Rp 80.000 per hari. Itu pun untuk memenuhi kebutuhan hidup kelima anaknya.

Sugiyanto mengaku sudah tidak tahu lagi bagaimana cara mencari uang untuk menebus ijazah anaknya itu. Tiga bulan lalu, ia sudah membicarakan permasalahan ini ke Komnas HAM, Kementerian Agama, dan Kementerian Pendidikan. Akan tetapi, belum ada tanggapan dari ketiga lembaga itu.
"Rp 1 miliar pun sebenarnya saya tidak akan mau untuk menjual ginjal saya. Tapi, demi sekolah anak, saya rela menjualnya," ucapnya

Tanggapan :

Bentuk cinta orang tua kepada anaknya sungguh luar biasa. Demi memenuhi kebutuhan anaknya, seorang ayah rela menjual ginjalnya. Hal ini menunjukkan bahwa kasih sayang orang tua kepada anaknya sangat besar. Hal apapun akan dilakukan agar kebutuhan anaknya dapat terpenuhi. Tidak peduli jika untuk memenuhinya harus melakukan usaha yang sangat berat.

Sumber :
Muchji, Achmad, Nugroho, Widyo. 1994. Ilmu Budaya Dasar. Gunadarma.Jakarta.          
http://seftifriday.blogspot.com/2013/10/ilmu-budaya-dasar-contoh-kasus-cinta.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar